Jumat, 06 Desember 2019

Dewabrata Putra Prabu Sentanu

Bisma Gugur

Pasukan dari negara-negara baik yang mendukung Pandawa maupun yang mendukung Kurawa telah berdatangan di Tegal Kurusetra. Mereka telah mendirikan perkemahan-perkemahan. Setiap malam hari mereka berjaga jaga, karena hari Perang Barata Yuda akan segera tiba dan dimulai. Hati dan perasaaan mulai bergetar, mengapa harus berperang, yang akan mengorbankan banyak orang tewas, mengapa tidak memilih damai, berdasarkan pembagian tanah Astina yang telah dibagi secara adil  oleh Resi Bisma waktu itu, Kembalikanlah Indraprasta ke Pandawa. Perdamaian telah diajukan kepada Kurawa namun pihak Pemimpin Kurawa menolak. Besok pagi Bisma menjadi Panglima Perang Kurawa melawan Pandawa. Sementara itu Prabu Sri Bathara Kresna meminta Pandawa bersiap-siap memasuki medan laga Kurusetra. Seta ditunjuk menjadi Senapati perang Pandawa. Sedangkan kedua adiknya Utara memimpin pasukan disayap  kanan dan Wratsangka pendamping kiri, memimpin pasukan disayap kiri. Matahari mulai bersinar, suara sangkakala menyayat-nyayat. Bergetar jiwa dan raga. Semua  prajurit bersiap berperang. Kedua belah pihak telah mengatur strategi perang. 

Resi Bisma telah memasuki medan laga dan melayangkan beberapa senjata pada Perajurit Pandawa. Arjuna menangkis serangan senjata Bisma. Sementera itu kereta perang Bisma melaju cepat ketengah prajurit Pandawa. Resi Bisma bertemu dengan Abimanyu, dimintanya Abimanyu mundur saja, karena masih terlalu muda. Kereta Perang Resi Bisma bertemu dengan kereta perang Arjuna, yang di saisi Prabu Kresna. Resi Bisma memberi pesan agar Prabu Kresna memerintahkan Dewi Srikandi (isteri Arjuna) maju ke medan laga, Srikandilah  orang yang bisa menghantarkan kematian Resi Bisma. Sementara kereta perang Prabu Salya mengawal kereta perang Resi Bisma dari arah kiri. Sedangkan disebelah kanan kereta perang Resi Bisma disebelah kanan adalah Kereta perang Pandita Durna. Sementara itu Arjuna kehilangan daya juang, melihat senapati Astina adalah kakeknya yang sangat disayangi, Sejak masih kecil kakek Bisma menyayanginya. Disinilah timbul dialog antara Arjuna dan Prabu Kresna. Untuk menggugah kembali  semangat Arjuna. Dialog ini dikenal dengan Bagawan Gita.

Kereta perang Resi Bisma bertemu Senapati Pandawa,  Seta. Terjadilah adu panah antara Seta melawan Resi Bisma. Namun walaupun Bisma sudah berusia lanjut, ia masih lincah memainkan panah dan pedangnya. Keduanya masih berimbang. Sementara itu Werkudara dengan gadanya menyambar-nyambar kepala Para Kurawa,  Arjuna dengan panahnya melesat ke semua arah penjuru musuh, dan Nakula serta Sadewa memba bat Kurawa dengan pedang kembarnya. Gatutkaca menyambar-nyambar lawannya dari angkasa. Para Kurawa banyak yang ketakutan dengan kegesitan para Pandawa. Sementara Putera Wirata, Utara sebagai pendamping Senapati sayap Kanan dan Wratsangka disayap kiri terus melaju ketengah medan pertempuran. Resi Bisma merasa mulai terdesak. Resi Bisma meninggalkan medan laga. Resi Seta mengejarnya. Sewaktu mengejar Resi Bisma, sebuah panah menyerempet bahu kanan Resi Seta. Konon Resi Seta berdarah putih, maka meneteslah darah putih dari lukanya. Resi Seta menengok kebelakang, nampak Rukmarata anak Prabu Salya, menyerang dari belakang, dengan cepat Resi Seta melepaskan panahnya ke arah Rukmarata, sekali tebas leher Rumarata pun putus, dan gugurlah Rukmarata putera kesayangan Prabu Salya.

Resi Bisma berlari ke Sungai Gangga dan menyelam  kedalam Sungai Gangga menemui ibunya. Resi Bisma pamit mati pada ibunya, Dewi Gangga merasa sedih, karena seingatnya Resi Bisma, yang sewaktu muda bernama Dewabrata, sampai sekarang hidupnya tidak pernah bahagia, Bisma mestinya yang bertahta di Astina menggantikan ayahnya. Dewi Gangga memberikan cundrik. Resi Bisma berpamitan dan keluar dari sungai Gangga, ternyata diluar sudah ditunggu Seta. Resi Bisma meloncat dan menusukan cundrik di dada Seta, yang membuat Seta Gugur. Sementara perang semakin sengit, kini Prabu Salya telah dapat lawan yang seimbang, Prabu Salya bertemu dengan putera Wirata, Utara. Kedua-duanya sama-sama gesit dalam memainkan segala senjata, dari panah, pedang dan adu kesaktian. Namun ketika terdengar sorak sorai  Seta Gugur, Utara terlena, terperanjat, dan Utara tidak teringat lagi kalau masih di medan perang, Kesempatan baik itu tidak disia-siakan oleh Prabu Salya, sehingga dengan mudah membidikkan senjatanya kepada Raden Utara. Senjata Prabu Salya mengenai dada Utara, maka gugurlah Raden Utara ditangan Prabu Salya. Demikian juga Raden Wratsangka mendapat lawan tangguh yaitu dengan Pandita Durna. Yang gesit dan pandai olah senjata dan kanuragan, maka dengan mudah Pandita Durna membunuh Wratsangka. Pihak Kurawa bersorak sorai dengan gugurnya tiga Satria Wirata. Kubu Pandawa sangat berduka dengan kematian tiga satria Wirata.

Sementara itu pada hari kesepuluh Perang Barata Yudha, Prabu Kresna meminta Dewi Srikandi segera bersiap untuk melawan Resi Bisma. Resi Bisma juga telah siap kembali bertempur, setelah berhasil mengalahkan Seta ditepi Sungai Gangga. Dewi Srikandi sudah berhadapan dengan Eyang Bisma. Dewi Srikandi berkali-kali dipukul, oleh Resi Bisma, namun tidak membalas. Tiba-tiba Resi Bisma terkesima, waktu memandang Dewi Srikandi, seperti berhadapan dengan Dewi Amba. Resi Bisma tidak bisa berbuat apa-apa, ia teringat sekali waktu Dewi Amba dengan manja mempesona Resi Bisma. Rupanya Dewi Amba telah memasuki tubuh Dewi Srikandi. Melihat situasi yang sedemikian rupa, Prabu Kresna langsung memerintahkan Dewi Srikandi untuk memanah Resi Bisma, Dewi Srikandi segera memanah Resi Bisma, panahpun dengan cepat melesat kearah Resi Bisma, tetapi apa karena ia seorang wanita atau ia ragu-ragu terhadap Resi Bisma, panah Dewi Srikandi hampir tidak sampai kepada Resi Bisma. Dengan cepat Arjuna melayangkan sebuah panah, dengan kekuatan tinggi mendorong  panah Dewi Srikandi melaju dengan cepat dan mengenai dada Resi Bisma, Resi Bisma jatuh ke bumi dan gugurlah Bisma sebagai panglima perang Kurawa. Sasangkala berbunyi seiring dengan tumbangnya Resi Bisma di Tegal Kurusetra. Untuk menghormati Resi Bisma, seseorang yang telah banyak berbuat baik kepada Pandawa maupun Kurawa, yang merelakan melepas tahta Astina demi adik-adiknya, tetapi malah menjadikan Negeri Astinapura yang sebelumnya negeri yang damai, kini telah hancur-lebur akibat perang atas keserakahan kekuasaan, demikianlah nasib negeri Astinapura peninggalan ayahanda Resi Bisma yaitu Prabu Sentanu.

Dan permintaan Resi Bisma sebelum ajalnya ia ingin tidur diatas bantal, Prabu Suyudana memerintahkan Dursasana mengambil tilam bersulam emas dari istana Astina. Tetapi ditolak Resi Bisma, kemudian Resi Bisma minta pada Arjuna untuk mengambilkan bantal pahlawan. Secepat kilat Arjuna mengambil busurnya dan menancapkan beberapa anak panah di dekat Resi Bisma tidur. Kepala Resi Bisma disangga diatas panah Arjuna yang menancap di tanah dibawah kepalanya. Sedangkan Werkudara memberikan perisai-perisai perajurit yang telah gugur untuk menyelimuti Resi Bisma. Resi Bisa meminta pada Dewa untuk memberikan umur sampai  akhir Perang Barata Yudha. Karena ia ingin melihat akhir perang Barata Yudha. Kemudian oleh Pandawa, Resi Bisma dibuatkan penutup kelambu untuk menghormati Resi Bisma.

Pandawa dalam perang Barata Yudha ini kehilangan banyak tokoh-tokoh berguguran. Karena Resi Bisma adalah ahli strategi Perang yang handal.

Resi Bisma bertahan selama 10 hari menjadi senapati pihak Kurawa.

sumber: cerita wayang Indonesia 

Semoga menjadi manfaat bagi saudara kita yang penyuka seni budaya daerah.

motto
- Warisan budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
- Melestarikan budaya nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia









Tidak ada komentar:

Posting Komentar