Bisma Gugur
Pasukan dari
negara-negara baik yang mendukung Pandawa maupun yang mendukung Kurawa telah
berdatangan di Tegal Kurusetra. Mereka telah mendirikan perkemahan-perkemahan. Setiap malam
hari mereka berjaga jaga, karena hari
Perang Barata Yuda akan segera tiba dan dimulai.
Hati dan perasaaan mulai bergetar, mengapa harus berperang, yang akan
mengorbankan banyak orang tewas, mengapa tidak memilih damai, berdasarkan
pembagian tanah Astina yang telah dibagi secara adil oleh Resi Bisma waktu
itu, Kembalikanlah Indraprasta ke Pandawa. Perdamaian telah diajukan kepada
Kurawa namun pihak
Pemimpin Kurawa menolak. Besok
pagi Bisma menjadi Panglima Perang Kurawa melawan Pandawa. Sementara itu Prabu
Sri Bathara Kresna meminta Pandawa bersiap-siap memasuki medan laga Kurusetra.
Seta ditunjuk menjadi Senapati perang Pandawa. Sedangkan kedua adiknya Utara
memimpin pasukan disayap kanan dan Wratsangka pendamping kiri, memimpin
pasukan disayap kiri. Matahari mulai bersinar, suara sangkakala menyayat-nyayat.
Bergetar jiwa dan raga. Semua prajurit bersiap berperang. Kedua belah
pihak telah mengatur strategi perang.
Resi Bisma telah memasuki medan laga dan melayangkan beberapa senjata pada Perajurit Pandawa. Arjuna menangkis serangan senjata Bisma. Sementera itu kereta perang Bisma melaju cepat ketengah prajurit Pandawa. Resi Bisma bertemu dengan Abimanyu, dimintanya Abimanyu mundur saja, karena masih terlalu muda. Kereta Perang Resi Bisma bertemu dengan kereta perang Arjuna, yang di saisi Prabu Kresna. Resi Bisma memberi pesan agar Prabu Kresna memerintahkan Dewi Srikandi (isteri Arjuna) maju ke medan laga, Srikandilah orang yang bisa menghantarkan kematian Resi Bisma. Sementara kereta perang Prabu Salya mengawal kereta perang Resi Bisma dari arah kiri. Sedangkan disebelah kanan kereta perang Resi Bisma disebelah kanan adalah Kereta perang Pandita Durna. Sementara itu Arjuna kehilangan daya juang, melihat senapati Astina adalah kakeknya yang sangat disayangi, Sejak masih kecil kakek Bisma menyayanginya. Disinilah timbul dialog antara Arjuna dan Prabu Kresna. Untuk menggugah kembali semangat Arjuna. Dialog ini dikenal dengan Bagawan Gita.
Resi Bisma telah memasuki medan laga dan melayangkan beberapa senjata pada Perajurit Pandawa. Arjuna menangkis serangan senjata Bisma. Sementera itu kereta perang Bisma melaju cepat ketengah prajurit Pandawa. Resi Bisma bertemu dengan Abimanyu, dimintanya Abimanyu mundur saja, karena masih terlalu muda. Kereta Perang Resi Bisma bertemu dengan kereta perang Arjuna, yang di saisi Prabu Kresna. Resi Bisma memberi pesan agar Prabu Kresna memerintahkan Dewi Srikandi (isteri Arjuna) maju ke medan laga, Srikandilah orang yang bisa menghantarkan kematian Resi Bisma. Sementara kereta perang Prabu Salya mengawal kereta perang Resi Bisma dari arah kiri. Sedangkan disebelah kanan kereta perang Resi Bisma disebelah kanan adalah Kereta perang Pandita Durna. Sementara itu Arjuna kehilangan daya juang, melihat senapati Astina adalah kakeknya yang sangat disayangi, Sejak masih kecil kakek Bisma menyayanginya. Disinilah timbul dialog antara Arjuna dan Prabu Kresna. Untuk menggugah kembali semangat Arjuna. Dialog ini dikenal dengan Bagawan Gita.
Kereta perang
Resi Bisma bertemu Senapati Pandawa, Seta. Terjadilah adu panah antara
Seta melawan Resi Bisma. Namun walaupun Bisma sudah berusia lanjut, ia masih
lincah memainkan panah dan pedangnya. Keduanya masih berimbang. Sementara itu
Werkudara dengan gadanya menyambar-nyambar
kepala Para Kurawa, Arjuna dengan panahnya melesat ke semua arah penjuru
musuh, dan Nakula serta Sadewa memba bat
Kurawa dengan pedang kembarnya. Gatutkaca menyambar-nyambar lawannya dari angkasa. Para Kurawa
banyak yang ketakutan dengan kegesitan para Pandawa. Sementara Putera Wirata,
Utara sebagai pendamping Senapati sayap Kanan dan Wratsangka disayap kiri terus
melaju ketengah medan pertempuran. Resi Bisma merasa mulai terdesak. Resi Bisma
meninggalkan medan laga. Resi Seta mengejarnya. Sewaktu mengejar Resi Bisma,
sebuah panah menyerempet bahu kanan Resi Seta. Konon Resi Seta berdarah putih,
maka meneteslah darah putih dari lukanya.
Resi Seta menengok kebelakang, nampak Rukmarata anak Prabu Salya, menyerang
dari belakang, dengan cepat Resi Seta melepaskan panahnya ke arah Rukmarata, sekali tebas leher
Rumarata pun putus, dan gugurlah Rukmarata putera kesayangan Prabu Salya.
Resi Bisma
berlari ke Sungai Gangga dan menyelam kedalam Sungai Gangga menemui
ibunya. Resi Bisma pamit mati pada ibunya, Dewi Gangga merasa sedih, karena
seingatnya Resi Bisma, yang sewaktu muda bernama Dewabrata, sampai sekarang
hidupnya tidak pernah bahagia, Bisma mestinya yang bertahta di Astina
menggantikan ayahnya. Dewi Gangga memberikan cundrik. Resi Bisma berpamitan dan
keluar dari sungai Gangga, ternyata diluar sudah ditunggu Seta. Resi Bisma
meloncat dan menusukan cundrik di dada Seta, yang membuat Seta Gugur. Sementara perang semakin sengit, kini
Prabu Salya telah dapat lawan yang seimbang, Prabu Salya bertemu dengan putera
Wirata, Utara. Kedua-duanya sama-sama
gesit dalam memainkan segala senjata, dari panah, pedang dan adu kesaktian.
Namun ketika terdengar sorak sorai Seta Gugur, Utara terlena,
terperanjat, dan Utara tidak teringat lagi kalau masih di medan perang, Kesempatan baik itu tidak disia-siakan
oleh Prabu Salya, sehingga dengan mudah membidikkan senjatanya kepada Raden
Utara. Senjata Prabu Salya mengenai dada Utara, maka gugurlah Raden Utara
ditangan Prabu Salya. Demikian
juga Raden Wratsangka mendapat lawan tangguh yaitu dengan Pandita
Durna. Yang gesit dan pandai olah senjata dan kanuragan, maka dengan mudah Pandita
Durna membunuh Wratsangka. Pihak Kurawa bersorak sorai dengan gugurnya tiga
Satria Wirata. Kubu Pandawa sangat berduka dengan kematian tiga satria Wirata.
Sementara itu
pada hari kesepuluh Perang Barata Yudha, Prabu Kresna meminta Dewi Srikandi
segera bersiap untuk melawan Resi Bisma. Resi Bisma juga telah siap kembali
bertempur, setelah berhasil mengalahkan Seta ditepi Sungai Gangga. Dewi Srikandi sudah berhadapan dengan
Eyang Bisma. Dewi Srikandi berkali-kali
dipukul, oleh Resi Bisma, namun tidak membalas. Tiba-tiba
Resi Bisma terkesima, waktu memandang Dewi Srikandi, seperti berhadapan dengan
Dewi Amba. Resi Bisma tidak bisa berbuat apa-apa, ia teringat sekali waktu Dewi
Amba dengan manja mempesona Resi Bisma. Rupanya Dewi Amba telah memasuki tubuh
Dewi Srikandi. Melihat situasi yang sedemikian rupa, Prabu
Kresna langsung memerintahkan Dewi Srikandi untuk memanah Resi Bisma, Dewi
Srikandi segera memanah Resi Bisma, panahpun dengan cepat melesat kearah Resi
Bisma, tetapi apa karena ia seorang wanita atau ia ragu-ragu
terhadap Resi Bisma, panah Dewi Srikandi hampir tidak sampai kepada Resi Bisma.
Dengan cepat Arjuna melayangkan sebuah panah, dengan kekuatan tinggi
mendorong panah Dewi Srikandi melaju dengan cepat dan
mengenai dada Resi Bisma, Resi Bisma jatuh ke bumi dan gugurlah Bisma sebagai panglima perang Kurawa. Sasangkala
berbunyi seiring dengan tumbangnya Resi Bisma di Tegal Kurusetra. Untuk menghormati Resi Bisma,
seseorang yang telah banyak berbuat baik kepada Pandawa maupun Kurawa, yang
merelakan melepas tahta Astina demi adik-adiknya, tetapi malah menjadikan Negeri Astinapura yang sebelumnya negeri yang damai, kini telah hancur-lebur akibat perang atas keserakahan kekuasaan, demikianlah nasib negeri Astinapura peninggalan ayahanda Resi Bisma yaitu Prabu Sentanu.
Dan permintaan Resi Bisma sebelum ajalnya
ia ingin
tidur diatas bantal, Prabu Suyudana memerintahkan
Dursasana mengambil tilam bersulam emas dari istana Astina. Tetapi ditolak
Resi Bisma, kemudian Resi Bisma minta pada Arjuna untuk
mengambilkan bantal pahlawan. Secepat kilat Arjuna mengambil busurnya dan
menancapkan beberapa anak panah di dekat Resi Bisma tidur. Kepala Resi Bisma
disangga diatas panah Arjuna yang menancap di tanah dibawah kepalanya. Sedangkan Werkudara memberikan
perisai-perisai perajurit yang telah gugur untuk menyelimuti Resi Bisma. Resi
Bisa meminta pada Dewa untuk memberikan umur sampai akhir Perang Barata
Yudha. Karena ia ingin melihat akhir perang Barata Yudha. Kemudian oleh Pandawa, Resi Bisma
dibuatkan penutup kelambu untuk menghormati Resi Bisma.
Pandawa dalam
perang Barata Yudha ini kehilangan banyak tokoh-tokoh berguguran. Karena Resi
Bisma adalah ahli strategi Perang yang handal.
Resi Bisma
bertahan selama 10 hari menjadi senapati pihak Kurawa.
sumber: cerita wayang Indonesia
Semoga menjadi manfaat bagi saudara kita yang penyuka
seni budaya daerah.
motto
- Warisan
budaya nasional atau warisan budaya daerah adalah cermin tingginya peradaban bangsa.
- Melestarikan budaya
nasional warisan leluhur sebagai wujud jati diri dan watak bangsa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar